motivasi
<
Kamis, 05 Januari 2012
IDAMAN MASYARAKAT DARI PERSPEKTIF PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
Sebagai pengembang, tentunya saya ingin mewujudkan masyarakat yang mnejadi idaman saya untuk kemudian saya wujudkan. Dalam surat Al-Imron ayat 110 dikatakan yang artinya”
“Kamu (ummat Islam) adalah ummat islam terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriaman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”.
Ummat terbaik adalah ummat adalah ummat yang berusaha mengajak ummat lainnya kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada Allah. Tentunya sebagai PM ini adalah sebagian dari tugasnya untuk dapat mewujudkan ummat yang seperti itu. Dan hal Ini adalah salah satu kriteria yang di nyatakan Allah dalam Al-Quran, yaitu “khoiro ummah”. Selain itu dalam surat Al-Maidah ayat 66 yaitu
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum), Taurot, Injil, dan (Al-Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannnya, niscaya mereka akan mendapat makanan atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada sekelompok yang jujur dan ta’at. Dan banyak diantara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan.
Dalam ayat tersebut Allah menyebutkan “ummatun muqtasidah” yakni sekelompok ummat yang jujur dan ta’at. Ini pun bisa mnajdi ciri masyarakat yang ideal, atau “ummat Wasatoh” yang secara harfiah adalah tengah tengah atau disebut moderat yakni secara harfiah, moderate artinya sedang-sedang saja, jalan tengah, tidak berlebihan. Misalnya, dalam Islam kan dianjurkan kita selalu mengambil jalan tengah; dalam Bahasa Inggris anjuran ini disebut moderation. Kalau kata ini diterapkan pada manusia, artinya "reasonable person, one who is not extreme in his opinions or views, conservative, temperate person" menurut kamus babylon
Jika diterapkan pada keberagamaan, berarti orangnya tidak fanatik, tapi juga tidak juga liberal. Artinya di tengah-tengah. tapi spektrum di antara fanatik dan liberal itu luas, banyak yang bisa mengklaim alirannya yang moderat. yang dianggap moderat oleh satu orang, mungkin dianggap fanatik oleh orang yang lebih liberal, tapi dianggap liberal oleh orang yang lebih fanatik. Contoh adalah muslimah berjilbab mungkin dianggap fanatik oleh orang liberal, tapi muslimah berjilbab lebar akan menganggap muslimah berjilbab gaul juga "liberal". Sehingga arti moderat atau ummah wasatoh ini fleksibel tergantung yang memandang. Namun jika kaitannya dalam pewijudan dari pada masyarakat adalah ummat yang tidak fanatik dalam memandang suatu hal, berpendidikan serta menghormati perbedaan yang ada dengan masyarakat lain (tidak kolot).
Sehingga menurut idaman atau cita-cita masyarakat yang ingin diwujudkan dan menjadi salah satu tujuan seorang PM adalah masyarakat yang baik, dimana antara satu sama lain saling menghormti tanpa memandang status sosial serta perbeda’an-perbeda’an serta tidak moderat. selain itu juga masyarakat yang berpendidikan dan berpengetahuan. Hidup dengan aman, artinya tidak adanya tindak kriminalitas, kekerasan, penganiyaan, serta sifat-sifat yang mengutamakan duniawi dan sifat-sifat yang lahir dari syaiton atau pun dari nafsu manusia itu sendiri. Selain itu bisa hidup dengan tentram, serta damai dalam suatu negara atau tempat tinggal atau kawasan yang baik (baldatun toyyyibah/ qoryatun toyyibah serta baladin amin).
Menurut Ari Mariyono “Komponen suatu negara merupakan bentuk bagian yang sangat majemuk yang mana terdiri dari berbagai jenis budaya, adat istiadat yang membentuknya. Dalam hal ini tidaklah terlepas dari Peran Sumber Daya Manusia yang menempati bagian negara tersebut, yaitu kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran bangsa itu dapat dikondisikan oleh Sumber Daya Manusia yang menempatinya. Peran warga negara untuk memajukan bangsa dan negara merupakan kewajiban sepenuhnya yang harus dipatuhi oleh semua penduduk sebuah negara tersebut. Jadi bisa dikatakan “kawasan atau pemukiman atau tempat tinggal yang baik” adalah dimana antara pemimpin dan yang dipimpin terjalin hubungan yang harmonis, adanya keadilan kesejahteraan, serta kemakmuran yang tercipta, selain itu masyarakat yang ada mempunyai kesolihan sosial, artinya hablum minnannas nya baik atau hubungan kemasyarakatannya tercipta dengan harmonis, seperti yang telah saya sebutkan di atas.
Namun jika dari sisi religiusnya tentunya saya mengharapkan masyarakat yang islami atau atau bisa dikatan masyarakat Madani. Namun hal ini tentunya akan sangat sulit sekali, meskipun tidak memungkiri jika itu bisa saja menjadi mungkin. Hal ini bisa bercermin pada pada zaman rosullah. Atau kepemimpinan Abu Bakar, atau Umar bin Abdul Aziz ataupun Umar bin Khotob kala itu. Meski itu tidak akan terulang.
Sejarah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz menjelaskan pada masa itu tidak ada seorang pun menerima zakat, ketika para amil zakat berkeliling di perkampungan-perkampungan Afrika, tapi mereka tidak menemukan seseorang pun yang mau menerima zakat. Negara benar-benar mengalami surplus, bahkan sampai ke tingkat dimana utang-utang pribadi dan biaya pernikahan warga pun ditanggung oleh negara. Indikator kemakmuran yang ada ketika itu tidak akan pernah terulang kembali, namun setidaknya mendekati indikator seperti itu menjadi sebuah impian yang besar. Jika di contohkan ingin sekali menjadikan masyarakat atau negara sperti di pemukiman benua Afrika atau timur tengah pada zaman Rasulullah dan khulafaurasyidin .
Sehingga masyarakat yang Islami , toleransi dalam mnyikapi pluralisme yang ada, berpengetahuan, sejahtera, aman, damai, dan tentram, tidak ada masyarakat miskin, tidak ada kaum atas yang selalu menindas kaum bawah, dan tenang menjalani kehidupan ini menjadi inti dari tujuan serta cita-cita besar yang ingin sekali diwujudkan. Namun ketika impian perubahan ini hanyalah di miliki oleh satu orang saja maka ini hanya akan menjadi sebuah cita-cita atau mimpi yang tidak akan pernah terwujud. Dalam hal ini perlu adanya amal jama’i, yaitu bersatunya seluruh komponen dan elemen masyarakat. Tanpa hal ini semua cita-cita itu nol. Ibarat sebah lidi. Ketika lidi itu sendiri maka tidak akan pernah bisa menyingkirkan dan membersihkan kotaran bahkan debu yang kecil, namun ketika lidi itu bergabung dengan lidi-lidi yang lain maka akan menjadi sebuah sapu yang memiliki kekuatan, totalitas kekuatan dan tujuan yang sama ini pada akhirnya bisa membersihkan sampah dan debu yang ada.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar